Tentang Pemuktahiran Manusia



Lepas dari pemikiran Emerson Yuntho tentang hukuman mati, masih dari koran Kompas saya kembali membaca pemikiran  Iwan Pranoto, Pengajar Matematika di ITB.

Sependaparlt dengan pengantar tulisam beliau, seperti aplkikasi di ponsel uang harus selalu di update atau dimuktahirkan secara berkala, manusia juga harus memutakhirkan kecakapannya. 

Istilah kecakapan sendiri adalah merupakan padanan dari competence yang mengandung arti kumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. 

Dan sudah seharusnya kecakapan-kecakapan manusia lama ditinggalkan digantikan dengan kecakapan-kecakapan baru yang bermunculan. Kak Iwan sendiri mengambil contoh, saat ini orang dengan ketrampilan merawat, melatih dan mengembangbiakkan sapi, kuda dan ternak lain semakin menyusut drastis. Dan muncul kecapakan baru seperti rekayasa genetika  dalam pertanian dan peternakan.

Akibat perubahan zaman, pelajar yang saat ini menyiapkan suatu kecakapan bukan tidak mungkin ketika dia lulus nanti kecakapan yang dia kuasai sudah kadaluarsa. Artinya setiap lulusan mau tak mau harus terus  belajar kecakapan-kecakapan baru yang bermunculan.

Sudah sepatutnya juga di ganti sloga "siap kerja" dengan "siap belajar" mengingat ke depan kecakapan baru terus berganti dan bermunculan.

Benar pemikiam Kak Iwan, kemarin manusia terlalu jumawa menganggap mesin tidak pernah mampu menggantikan kerja manusia. Dan hari ini sejumlah kecakapan manual maupun kognitif manusia sudah dapat dilakukan dengan baik oleh mesin. 

Jadi saat ini kita dituntut untuk menjadi pribadi yang harus selalu siap untuk belajar kecakapan-kecakapan baru.




 

Komentar